Desember 10, 2024

Watak Is Nasib

Watak is nasib. beberapa minggu lalu viral setelah melihat Gus (oknum) yang mengatakan Goblog di media sosial, saya memilih untuk tidak posting apapun di sosial media saya. saya sadar tidak memiliki kapasitas untuk berkomentar. banyak hikmah yang bisa saya ambil dari kejadian tersebut, terutama agar saya bisa menjadi lebih bijaksana.

kanvas ini pertama kali saya buat tahun 2013, dan baru saya respon kembali pada tahun 2024. memang, perjalanan kanvas ini begitu panjang.......

WATAK IS NASIP
Acrylic and crayons on canvas
37.6 inci x27.6 inci
2013/2024








September 09, 2024

Nandur Srawung #11

Periode 2005 - 2015
Nandur Srawung #11
“WASIAT: Legacy”

๐—ฆ๐—ฒ๐—ป๐—ถ ๐—ฃ๐—ผ๐—ฝ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐—ฎ๐—บ๐—ฝ๐˜‚๐—ป๐—ด ๐—š๐—น๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐—น (๐Ÿฎ๐Ÿฌ๐Ÿฌ๐Ÿฑ-๐Ÿฎ๐Ÿฌ๐Ÿญ๐Ÿฑ)

Pada periode 2006-2015, budaya populer semakin merasuk dalam praktik seni kontemporer. Eddy Hara dengan menggunakan idiom populer seperti kartun dan animasi menjadi inspirasi bagi banyak seniman muda selanjutnya. Mereka tidak hanya mengadopsi gaya populer, tetapi juga dengan lancar melakukan sinergi dengan budaya populer, seperti yang dilakukan oleh seniman Eko Nugroho yang berkolaborasi dengan brand fashion ternama Louis Vuitton.

Di sisi lain, gerakan seniman muda semakin menembus batas-batas dunia global, membentuk apa yang disebut sebagai “kampung global”. Mereka menggunakan teknologi digital dan media internet sebagai alat untuk menjangkau audiens tanpa terbatas oleh batas geografis. Hal ini memungkinkan mereka untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan seniman dan penikmat seni dari berbagai belahan dunia, membawa pandangan lokal mereka ke panggung internasional dan sekaligus menerima pengaruh global dalam karya-karya mereka.

-

๐˜•๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜Ž๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜Š๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ž๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ฅ, ๐˜•๐˜ฐ ๐˜ž๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ด
Eko Nugroho, 2024

Karya Eko Nugroho tahun 2020 menggunakan sampah plastik sebagai medium untuk mengkritisi dampak buruk aktivitas manusia terhadap lingkungan, termasuk polusi yang disebabkan oleh konsumsi instan. Lewat karya seperti “Nothing Gonna Change The World, No Worries” dan “Slurping Pandora Broth,” Eko mengeksplorasi paradoks antara modernitas dan degradasi lingkungan melalui lukisan dan topeng 3D yang terbuat dari plastik rumah tangga.

Video “Hidup Bersama Kutipan” mengajak publik untuk memahami pentingnya daur ulang. Sejak era 2000-an, Eko Nugroho terkenal dengan gaya komiknya yang mengangkat kritik sosial dan lingkungan, seperti dalam karya “Daging Tumbuh,” yang menyoroti isu-isu kontekstual dalam seni rupa kontemporer.
__
Diselenggarakan oleh:
#tamanbudayayogyakarta #nandursrawung





Alhamdulillah, saya berpameran di @nandursrawung #11 dengan tema Wasiat (legacy) di @tamanbudayayogya katagori Seni Pop dan Kampung Global (2005-2015) Pada periode 2006-2015.
Saya ingin bercerita sedikit tentang karya ini.

๐ŸปEverything Passes๐Ÿป
ACRYLIC ON CANVAS 100x100CM 2024

Saya bukan orang yang sangat dekat dengan Om Eddie Hara. Banyak anak muda dekat dengannya karena keramahan dan kebaikannya sebagai seniman yang rendah hati. Begitu juga dengan Mas Eko nugroho yang selalu memberi semangat kepada saya. Beberapa kali bertemu, saya meminta saran darinya, dan dia selalu memaparkan strateginya. Warisan ini sangat penting bagi saya dan anak muda
lainnya, di mana sikap dan menerima kritik sangat diutamakan di seni rupa.
Warisan bukan hanya harta benda, tetapi juga nilai, kenangan, dan pelajaran hidup yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Hidup ini lebih dari sekadar perjuangan pribadi; ini adalah perjalanan panjang yang melibatkan banyak jiwa, baik yang telah pergi maupun yang masih akan datang.
kehidupan, kebahagiaan dan kesengsaraan datang silih berganti. Keduanya bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Kebahagiaan mengajarkan kita bersyukur dan menikmati momen, sementara kesengsaraan menguatkan kita. Seperti pepatah Italia, "tutto passa," baik kebahagiaan maupun kesengsaraan tidak ada yang abadi. Filosofi ini menawarkan perspektif dasar bagi manusia, mendorong kita untuk tetap berharap karena sesuatu yang paling sulit sekalipun punya tanggal kedaluwarsa.
Mas Eko dan Om Eddie menginspirasi saya untuk tetap berharap dan berkarya. mewariskan semangat kepada anak muda, dari proses, teknik, hingga berbagai pencapaian yang mereka raih. Kita bisa mengikuti jejak mereka atau membuat jejak
sendiri, walaupun ada faktor keberuntungan di dalamnya ๐Ÿ™☺️







Agustus 10, 2024

Commission Art part #3


Patrick and wife 
Acrylic on canvas D 80 cm 
2024

"Ini adalah komisi seni ketiga yang saya buat, meskipun saya tidak mengunggah dua karya sebelumnya ke blog ini. Kali ini, saya membuat lukisan untuk Pak Patrick AS dan istrinya, yang sepenuhnya menyerahkan konsep kepada saya. Saya diberikan kebebasan untuk berekspresi, hanya dengan permintaan agar latar belakangnya berwarna merah. Mereka juga tidak terburu-buru untuk mendapatkan hasil akhirnya.


Saya terinspirasi oleh karya Condo yang menggambarkan Batman dan Bunny, yang sering muncul di Pinterest saya. Karakter dalam lukisan ini saya buat dengan gaya figuratif, menampilkan senyum dan kompromi sebagai pasangan suami istri yang diberkati. Semoga lukisan ini bisa membawa aura positif di mana pun ditempatkan."

Juli 19, 2024

ARTGORITHM: Art in Chain Phygital Art Show by Superlative Gallery and Galeri Zen1

Selamat datang di Phygtal Art Show: ArtGorithm - Art in Chain, sebuah pameran seni yang mempersembahkan pertemuan unik antara dunia digital dan dunia fisik, daring dan luring, melalui inovatif teknologi rantai blok (blockchain). Dalam rangka menciptakan kesatuan 'inline', pameran ini menghadirkan karya-karya fenomenal dari dua entitas penting: Superlative Secret Society (SSS) dengan Superlative Gallery, yang telah menjadi entitas ikonik dalam sejarah seni NFT di Indonesia dan Asia Tenggara, serta Galeri Zen1 yang aktif mempromosikan program seni kontemporer.






ArtGorithm: Art in Chain bukan hanya sekadar pameran seni, melainkan sebuah peristiwa sejarah yang menciptakan jembatan antara seni rupa dan teknologi blok rantai. Pameran ini bertujuan untuk menyajikan karya-karya pilihan dari Superlative dan Zen1 yang memadukan teknologi rantai blok dan NFC (Near Field Communication) dalam setiap entitas karyanya. Integrasi ini menciptakan pengalaman unik dalam mengapresiasi seni rupa, memperkenalkan konsep baru yang disebut "phygital", yang menggabungkan dimensi fisik dan digital.




Dalam pameran ini, Anda akan merasakan sentuhan langsung dengan karya fisik seni rupa, dan secara bersamaan juga menikmati versi digitalnya dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token). Di tengah perubahan zaman yang cepat, pameran ini dapat menjadi cermin adaptasi seni terhadap ekosistem yang berubah. ArtGorithm, sebagai integrasi antara seni (art) dan algoritma (algorithm), menciptakan jaringan (chain) terbuka untuk umum, dengan platform khusus untuk mempermudah akses.



Karya-karya dalam pameran ini mencerminkan keragaman ekspresi, bentuk, dan gagasan. Mulai dari ekspresi neo-modern hingga kontemporer, dari karya bercorak 'doodling' hingga naratif, simbolik, abstrak, dan figuratif. Karya-karya dalam pameran ini merefleksikan berbagai jenis kesadaran dan semangat zaman yang fragmentaris, melibatkan berbagai persilangan elemen-elemen seperti seni jalanan, budaya populer, tradisi, dan global. Para perupa dalam pameran ini tercatat produktif berkarya dan menunjukkan keragaman kekuatan karakter dan ekspresinya.




Selamat menikmati dua pengalaman sekaligus dalam Phygtal Art Show: pengalaman teknologis yang membawa kita ke masa depan, dan pengalaman estetis yang mengajak kita merenungi dan merasakan berbagai ekspresi seni. Bersama-sama, mari kita sambut masa depan seni rupa yang terus beradaptasi dan melibatkan kita dalam perjalanannya.




Sudjud Dartanto, Kurator Pameran
ARTGORITHM: Art in Chain | 3 February 2024 - 24 February 2024 |

Pameran dengan tajuk "Point of View" atau "Sudut Pandang"


Pameran dengan tajuk "Point of View" atau "Sudut Pandang" ini mengusung tema yang mendalam dan menarik tentang kehidupan urban melalui berbagai perspektif yang beragam, menghadirkan karya-karya seni dari para seniman yang masing-masing menampilkan pandangan mereka tentang dinamika dan kompleksitas kehidupan kota. Setiap karya yang dipamerkan tidak hanya mencerminkan sudut pandang pribadi sang seniman tetapi juga mengajak kita, sebagai penonton, untuk melihat, merasakan, dan memahami kehidupan urban dari berbagai sisi yang mungkin sebelumnya belum pernah kita pikirkan.

Melalui eksplorasi, para seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini menggali dan menafsirkan makna dari kehidupan urban dengan cara yang sangat personal dan khas. Mereka menyelami setiap lapisan kompleksitas kota, menghadirkan interpretasi yang intim, serta menawarkan pandangan baru yang menggugah pikiran tentang dinamika dan nuansa kehidupan di perkotaan. Setiap karya seni yang mereka hasilkan menjadi cerminan dari perjalanan emosional dan intelektual mereka, membawa kita lebih dekat pada pemahaman yang mendalam tentang realitas urban.



๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ

Sircle 

ACRYLIC ON CANVAS 100 CM 2024



Terinspirasi dari film Shameless, di mana Kevin Ball baru tahu bahwa "circle" tidak diawali dengan huruf "s," saya merenung dan menyadari kesalahan dalam memilih pertemanan. Selama ini, saya menganggap circle saya benar, padahal sebenarnya pertemanan ini toxic. Penting bagi kita untuk memahami bahwa memilih circle atau lingkaran pertemanan dalam hidup adalah keputusan yang krusial. Circle pertemanan kita memiliki pengaruh besar terhadap cara kita berpikir, bertindak, dan berkembang sebagai individu.


Circle yang baik akan mendukung kita dalam mencapai tujuan. Mereka memberikan dukungan emosional dan dorongan saat kita menghadapi tantangan. Teman-teman yang positif memotivasi kita untuk terus berusaha, sementara teman-teman yang negatif bisa menjadi beban dan menghalangi kemajuan kita.


Selain itu, circle pertemanan yang tepat akan mendorong kita menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Mereka memberikan kritik konstruktif dan membantu kita memperbaiki diri. Di sisi lain, circle yang salah bisa membawa kita pada kebiasaan buruk dan keputusan yang merugikan.


Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak salah memilih circle dalam hidup kita. Kita perlu mengevaluasi hubungan pertemanan dan memastikan dikelilingi oleh orang-orang yang benar-benar peduli dan ingin melihat kita sukses. Dengan memilih circle yang tepat, kita dapat mencapai potensi penuh dan menjalani hidup yang lebih bermakna.



Bat and Cor

ACRYLIC ON CANVAS 30 CM 2 panel 2024


Beberapa orang di kota besar merasa terasing seiring dengan pertumbuhan populasi yang drastis. Mereka menjadi lebih misterius dan kurang bersosialisasi, seperti Batman yang beraksi dalam bayang-bayang malam. Dalam kesendirian mereka, banyak yang memilih hidup dengan hewan peliharaan sebagai sahabat setia. Mereka menemukan kedamaian dalam hubungan harmonis dengan hewan peliharaan mereka, seperti Bat dan Cor yang saling menyayangi dan mendukung satu sama lain.


Misalnya, banyak orang memilih memelihara corgi, karena anjing ini sangat ramah dan setia. Dalam circle sosial mereka yang terbatas, hewan peliharaan menjadi bagian penting dan tak tergantikan. Hidup memang pilihan, dan ada banyak cara untuk menemukan kebahagiaan selama tidak merugikan orang lain. Di tengah hiruk-pikuk kota, hewan peliharaan menjadi pelipur lara, membawa kehangatan dan cinta dalam kehidupan yang kadang terasa dingin dan asing.








Acul Gaos






Juli 02, 2024

TOURING VESPA JAKARTA-JOGJA YANG BERAKHIR MENJADI SEORANG SENIMAN – ACUL GAOS ARTMOMENTS JAKARTA 2023



Tentu kalian sering mendengar cerita-cerita tentang serunya touring, melintas kota demi kota dengan kendaraan bermotor, lalu setelah itu kembali pulang ke rumah di kota asal. Kemudian cerita tersebut akan tersimpan begitu saja di dalam kenangan. Tetapi cerita touring satu ini berbeda, bisa-bisanya perjalanan touring ujungnya mengubah seseorang menjadi seniman, yang akhirnya bisa berpameran di Galeri Nasional, ArtMoments Bali, dan yang terbaru di ArtMoments Jakarta 2023. Cerita ini milik Acul Gaos, sosok anak muda yang mencari jati diri, satu kali di tahun 2008 ia dan Vespa nya menjelajah jarak tempuh Jakarta menuju Jogja dalam sebuah touring. Tiba di kota tujuan, Acul mengontak seorang teman untuk bertemu, karena sedang bekerja, sang teman mengajak Acul untuk bertemu di tempat kerjanya, yaitu di Studio Eko Nugroho. Studio ini penuh dengan pajangan T-shirt, toys, artworks dan marchandise, dalam proyek DGTMB (Daging Tumbuh). “Saya masuk ke Daging Tumbuh. Apa ini? Aneh banget, tapi unik,” ujar Acul kepada Luxina.
After Party Money Go – acrylic on canvas 60 x 80 cm

Semangat yang tumbuh seperti daging

Acul begitu terpana dengan DGTMB, sampai-sampai ada semacam semangat yang membuncah di dalam dirinya saat itu, ia berpikir dan berkeinginan untuk bisa juga membuat sesuatu dan dijadikan marchandise, terutama setelah melihat zine (versi sederhana dari magazine) dan komik-komik yang ada di DGTMB. “Semangat itu saya bawa pulang ke Tangerang,” ujarnya lagi. Acul tidak pernah mengikuti pendidikan formal seni rupa, tetapi ia melakukan street art dan graffiti, sembari berkuliah di Universitas Mercu Buana Jakarta jurusan Desain Produk. Acul membuka studio dan toko kecil di Tangerang, membuat berbagai marchandise yang terinspirasi dari Eko Nugroho, termasuk membuat zine yang dibuat Eko. Ketika Ruangrupa, sebuah organisasi nirlaba, membuka program Holy Market, Acul menyertakan zine dan barang-barangnya untuk dijual. Kemudian Acul ikut lagi berjualan di komunitas graffiti Gardu House di acara Street Dealin.

Drink – acrylic on canvas 60 x 80 cm

Dari NFT ke ArtMoments Bali 2023

Sambil sibuk berjualan, Acul mulai melukis, tetapi karyanya hanya ia simpan saja di rumah, apalagi ketika ia berhenti dari kesibukan yang ia ciptakan karena ia keterima bekerja di agensi Neo Digital. Pada satu kesempatan di studio kecilnya di Tangerang, datanglah Arief Witjaksana, founder dan creator Superlative Secret Society, juga seorang seniman yang banyak berkiprah di NFT universe. “Waktu itu mas Arif ngajak saya bikin NFT, saya diajarkan cara membuatnya, dan keterusan, sampai sekarang saya masih jadi lineup artist nya Mas Arif di NFT.” Selain itu, Arif ternyata mendorong Acul untuk membuat karya fisik, ia membelikan kanvas untuk Acul berkarya, dan mungkin supaya Acul tidak terjebak di alam digital. Bulan Juni lalu Acul dibawa Arif berpameran di ArtMoments Bali dalam naungan Superlative Gallery, dari 10 lukisan yang ia bawa, 7 berhasil terjual. Kemudian di bulan Agustus ini, Acul bersama Superlative Gallery hadir juga di ArtMoments Jakarta 2023.

Synesthesia – acrylic on canvas 140 x 100 cm

Topeng-topeng kehidupan di ArtMoments Jakarta 2023

Karya-karya Acul mengutamakan figur berbentuk topeng yang rupanya dibagi menjadi blok-blok, dan masing-masing ia isi dengan motif, dengan doodle, atau hanya sekadar blok warna. Topeng menurutnya adalah benda yang diperlukan orang-orang saat ini, setiap orang terkondisikan memasang wajah yang berbeda-beda sesuai dengan tempat dimana orang tersebut berada. “Dalam perjalanan ke Jogja saya waktu itu, sebenarnya ada tiga sosok yang mempengaruhi teknik saya. Eko Nugroho, Wedhar Riyadi, dan Eddie Hara. Nah, figur-figur karya saya ini adalah gabungan dari mereka bertiga.” Acul bilang bahwa ia juga sudah bertemu langsung dengan Eko Nugroho dan Eddie Hara, menurut Acul mereka sangat supportive dan memberikan semangat


by Syahmedi Dean August 22, 2023