Semangat yang tumbuh seperti daging
Acul begitu terpana dengan DGTMB, sampai-sampai ada semacam semangat yang membuncah di dalam dirinya saat itu, ia berpikir dan berkeinginan untuk bisa juga membuat sesuatu dan dijadikan marchandise, terutama setelah melihat zine (versi sederhana dari magazine) dan komik-komik yang ada di DGTMB. “Semangat itu saya bawa pulang ke Tangerang,” ujarnya lagi. Acul tidak pernah mengikuti pendidikan formal seni rupa, tetapi ia melakukan street art dan graffiti, sembari berkuliah di Universitas Mercu Buana Jakarta jurusan Desain Produk. Acul membuka studio dan toko kecil di Tangerang, membuat berbagai marchandise yang terinspirasi dari Eko Nugroho, termasuk membuat zine yang dibuat Eko. Ketika Ruangrupa, sebuah organisasi nirlaba, membuka program Holy Market, Acul menyertakan zine dan barang-barangnya untuk dijual. Kemudian Acul ikut lagi berjualan di komunitas graffiti Gardu House di acara Street Dealin.
Dari NFT ke ArtMoments Bali 2023
Sambil sibuk berjualan, Acul mulai melukis, tetapi karyanya hanya ia simpan saja di rumah, apalagi ketika ia berhenti dari kesibukan yang ia ciptakan karena ia keterima bekerja di agensi Neo Digital. Pada satu kesempatan di studio kecilnya di Tangerang, datanglah Arief Witjaksana, founder dan creator Superlative Secret Society, juga seorang seniman yang banyak berkiprah di NFT universe. “Waktu itu mas Arif ngajak saya bikin NFT, saya diajarkan cara membuatnya, dan keterusan, sampai sekarang saya masih jadi lineup artist nya Mas Arif di NFT.” Selain itu, Arif ternyata mendorong Acul untuk membuat karya fisik, ia membelikan kanvas untuk Acul berkarya, dan mungkin supaya Acul tidak terjebak di alam digital. Bulan Juni lalu Acul dibawa Arif berpameran di ArtMoments Bali dalam naungan Superlative Gallery, dari 10 lukisan yang ia bawa, 7 berhasil terjual. Kemudian di bulan Agustus ini, Acul bersama Superlative Gallery hadir juga di ArtMoments Jakarta 2023.
Topeng-topeng kehidupan di ArtMoments Jakarta 2023
Karya-karya Acul mengutamakan figur berbentuk topeng yang rupanya dibagi menjadi blok-blok, dan masing-masing ia isi dengan motif, dengan doodle, atau hanya sekadar blok warna. Topeng menurutnya adalah benda yang diperlukan orang-orang saat ini, setiap orang terkondisikan memasang wajah yang berbeda-beda sesuai dengan tempat dimana orang tersebut berada. “Dalam perjalanan ke Jogja saya waktu itu, sebenarnya ada tiga sosok yang mempengaruhi teknik saya. Eko Nugroho, Wedhar Riyadi, dan Eddie Hara. Nah, figur-figur karya saya ini adalah gabungan dari mereka bertiga.” Acul bilang bahwa ia juga sudah bertemu langsung dengan Eko Nugroho dan Eddie Hara, menurut Acul mereka sangat supportive dan memberikan semangat
August 22, 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar